BELAJAR MENERIMA PASANGAN APA ADANYA

Filipi 4:12-13, Efesus 5:33

Pendahuluan

Salah satu masalah terbesar di dalam keluarga adalah besarnya tuntutan terhadap pasangan. Sementara keberanian untuk menerima apa adanya membawa kebahagiaan dan penghargaan.

Mengapa tuntunan ada

1. Terpengaruh dengan idealisme pernikahan.
2. Membanding-bandingkan dengan keluarganya atau keluarga yang menjadi panutannya.
3. Karena merasa keluarganya kurang bahagia.
4. Karena merasa bahwa pasangannya belum seperti yang ia harapkan.
5. Karena memiliki pikiran bahwa kalau pasangan tidak dapat seperti yang ia harapkan, maka “pasangan tidak mencintai dan menghargai”.


Mengapa tidak dapat menerima apa adanya

1. Karena kurang dewasa.
2. Menonjolkan sikap egois.
3. Dikuasai pikiran-pikiran negatif.
4. Berkurangnya cinta.
5. Karena memiliki konsep yang keliru, bahwa “menerima apa adanya artinya lemah”.

Pertanyaannya : Apakah tidak boleh mengkritik pasangan?

Sangat boleh, bahkan harus! Hanya, perhatikan :
1. Cara yang tepat.
2. Kata-kata yang tepat.
3. Waktu yang tepat (suasana yang tepat).

Kapan pasangan harus dikritik

1. Ketika “kekerasan dan kekasaran”, mulai menjadi kebiasaan.
2. Ketika pasangan menjauh dari ibadah.
3. Ketika pasangan mengabaikan tanggung jawabnya.
4. Ketika pasangan mengabaikan prinsip-prinsip moral (seperti : judi, mabuk-mabukan, perselingkuhan, dll).

Hal-hal yang harus diingat dalam mengkritik

1. Dasar mengkritik adalah kasih.
2. Jangan mengabaikan prinsip : cara, kata-kata dan waktu yang tepat.
3. Tetap memiliki hati yang menerima apa adanya.
4. Tetap menghargai.
5. Belajar memahami pasangan.

Syarat untuk dapat menerima pasangan apa adanya

1. Memiliki cinta yang tulus.
2. Menyadari konsep kebahagiaan (bukan hidup dalam idealisme).
3. Komunikasi yang terbuka.
4. Pemahaman tentang perbedaan (bahwa tiap-tiap orang adalah pribadi yang berbeda).

Penutup
Hanya dengan menerima pasangan apa adanya, kita akan menerima kebahagiaan yang sejati.

Posted in: BELAJAR MENERIMA PASANGAN APA ADANYA